Mengenal Presiden 'Milenial' El Savador Nayib Bukele

Mengenal Presiden 'Milenial' El Savador Nayib Bukele 

 OMNIA SLOT - Banyak kepala negara yang dikecam rakyat atas kepemimpinannya selama pandemi virus corona, namun tidak dengan Presiden 'Milenial' El Salvador, Nayib Bukele.

Meski Nayib Bukele (38) baru satu tahun menjabat sebagai Presiden El Salvador, tapi kepemimpinannya mendapat pujian setelah keberaniannya mengambil langkas tegas menutup perbatasan, bahkan sebelum negaranya melaporkan satu kasus virus corona.

Alasan Bukele menutup negaranya sedari dini cukup sederhana: negaranya kecil dan harus segera bangkit setelah pandemi virus corona berakhir.

Keputusannya yang mendapat pujian dari dunia itu harus membuatnya "bertengkar" dengan Mahkamah Agung dan Majelis Nasional, terutama soal tuduhan pelanggaran konstitusi dan tentang pembukaan kembali El Savadaro.

Dilansir dari Omnia Slot, Bukele adalah presiden pertama sejak berakhirnya perang saudara Salvador pada tahun 1992. Ia tidak berasal dari salah satu dari dua partai politik utama di negara Amerika Tengah itu.

Kakek-nenek dari pihak ayah Bukele adalah imigran Palestina ke El Salvador.

Saat mencalonkan diri sebagai presiden, ia dikenal sebagai anak muda yang gemar berbincang di media sosial dan mengenakan jaket motor.

Sosok muda Bukele dianggap mampu mengatasi masalah korupsi dan kekerasan geng di El Savador yang telah berlangsung bertahun-tahun.

"Bukele sangat fokus untuk menyelesaikan apa yang menurutnya perlu dilakukan, dan memiliki sedikit kesabaran untuk para pengkritiknya, atau untuk institusi yang menentang, memperlambat, atau membatasinya dalam bertindak," kata Geoff Thale, presiden Kantor Washington di Amerika Latin, dalam sebuah wawancara email dengan CNN, seperti yang dikutip pada Jumat (22/5).

"Dia menggunakan media sosial untuk menyerang pengkritiknya, termasuk wartawan. Dia berulang kali menyerang Majelis Nasional - yang didominasi oleh dua partai politik utama negara, yang akhirnya memusuhi dia."

Kekuatan media sosial

Dengan hampir 2 juta pengikut di Twitter dan 90 persen dari peringkat persetujuan, Bukele memimpin negaranya secara "anti-mainstream" sehingga El Savador mendapat perhatian dunia.

Pada 2019, ia mengakui negaranya memikul tanggung jawab atas kondisi yang menyebabkan para migran melarikan diri setelah kematian seorang ayah Salvador dan putrinya yang berusia dua tahun di tepi Sungai Rio Grande.

Menjelang pidato pertamanya di Majelis Umum PBB pada bulan September, Bukele meminta hadirin untuk menunggunya untuk selfie. Ia lalu mengatakan kalau fotonya itu memiliki dampak lebih besar di pemberitaan dibandingkan pidatonya.

Namun sebelum virus corona melanda, beberapa kritikus di El Salvador memperingatkan bahwa gaya pemerintahan Bukele semakin mengikis pemisahan kekuasaan dan mengancam demokrasi negara yang rapuh.

Pertengkaran dengan Majelis Nasional

Pada bulan Februari, ketika Bukele menuntut anggota parlemen negara itu menyetujui permintaan pinjaman US$ 109 juta untuk perlengkapan polisi dan tentara, pasukan bersenjata lengkap berbaris ke Majelis Nasional atas perintahnya, yang dilihat banyak penduduk El Salvador seakan kembali ke era ketika kekerasan dalam politik mendominasi negara.

Majelis Nasional menolak tekanan tersebut dan insiden itu merusak citra Bukele di luar negeri, meskipun administrasi Trump, yang menganggap Bukele sekutu pada imigrasi dan strategi Venezuela-nya, tidak mengutuk tindakannya.

Pada bulan Maret, penyebaran virus corona memberi Bukele kesempatan lain untuk bertindak dengan berani atau, seperti yang diklaim oleh para pengkritiknya, memberi lebih banyak kekuatan untuk dirinya sendiri.

            Baca Juga : " Minta Maaf ke Prilly Latuconsina, Andre Taulany Juga Berdarah Maluku "


Setelah menutup perbatasan, Bukele memberlakukan tindakan karantina yang ketat tetapi juga menyisihkan makanan dan uang untuk penduduk Salvador yang miskin.

Dia memerintahkan militer untuk menangkap orang-orang yang melanggar aturan baru itu, mengirim ribuan orang ke "pusat karantina" pemerintah.

Ketika Mahkamah Agung memutuskan penangkapan itu tidak konstitusional dan memerintahkannya untuk berhenti, Bukele menolak dan para tentara tetap berjaga di jalanan.

"Lima orang tidak akan memutuskan kematian ratusan ribu penduduk Salvador," Bukele menulis di Twitter soal keputusannya.

Menurut pelacak Covid-19 Johns Hopkins, hingga saat ini terdapat 1.571 kasus virus corona yang dikonfirmasi di El Salvador, dengan 31 kematian dikaitkan dengan virus tersebut.

Pembukaan negara

Kisruh tentang siapa yang memiliki kekuatan untuk memutuskan syarat-syarat karantina di El Salvador kemungkinan akan terjadi selama virus corona berlangsung.

Bukele mengatakan dia ingin negaranya mulai dibuka kembali pada 6 Juni, tetapi anggota parlemen di Majelis Nasional mengatakan bahwa itu perlu terjadi lebih cepat.

Pada hari Senin (18/5), Mahkamah Agung negara itu menolak Bukele, dengan mengatakan dia tidak memiliki wewenang untuk memperluas tindakan pencegahan virus corona dan mendesak Majelis Nasional dan presiden untuk bekerja sama demi membuka kembali negara El Salvador.

Tetapi bahkan ketika anggota parlemen mengusulkan RUU untuk segera mengangkat karantina, Bukele bersumpah tidak akan menekennya.

"Itu adalah hukum yang akan menginfeksi penduduk Salvador secara luas," tulis Bukele di Twitter.

"Syukurlah, saya bisa memveto itu."- GLXgames

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tunangan Tolak Pemberian Maaf untuk Para Pembunuh Khashoggi

Dana Asing yang Kabur dari Indonesia Selama Pandemi Rp 142,16 Triliun